Senin, 06 Juni 2011

Minuman Penurun Kolesterol


shutterstock

KOMPAS.com Kolesterol jahat memang sebaiknya jangan ditumpuk karena berbahaya untuk kesehatan. Namun, urusan menurunkan kolesterol ternyata tidak mudah. Selain mengurangi asupan makanan yang mengandung lemak dan berolahraga, beberapa jenis minuman juga efektif untuk menurunkan kolesterol.

- Jus lemon atau segelas air hangat yang diberi perasan jeruk lemon. Minuman ini baik untuk memelihara kesehatan hati dan menurunkan kolesterol. Menurut American Dietetic Association, limonoids dalam lemon yang menyebabkan rasa pahit pada jeruk berguna untuk menurunkan kolesterol. Di dalam lever, kolesterol dibuat dari bahan yang disebut apolipoprotein B dan trigliserida. Salah satu jenis limonoids, yaitu limonin, bekerja memperlambat produksi apolipoprotein dan trigliserida tadi.

Lemon juga kaya vitamin C, antioksidan yang kuat. Dalam Nigerian Journal of Physiological Sciences dilaporkan bahwa vitamin C dari lemon ini setelah dikonsumsi selama 30 hari dapat menurunkan kolesterol secara signifikan.

- Jus anggur atau anggur merah (wine) sangat kaya antioksidan, yang akan membantu meningkatkan HDL. 

Riset yang dilakukan pada tahun 2004 oleh dr Jane Freedman dari Boston University Medical School menunjukkan, minum jus anggur dalam 14 hari berturut-turut akan menaikkan kadar HDL dan menurunkan kolesterol total.

- Susu kedelai yang mengandung protein juga dapat membantu menurunkan kolesterol total.
- Jus yang menggunakan bawang putih juga baik untuk meluruhkan kolesterol.

Studi di Munich University, Jerman, menemukan bahwa menambahkan bawang putih ke dalam diet akan menurunkan kolesterol jahat sekitar 10 persen dalam empat bulan. Mengonsumsi bawang putih segar sering jadi masalah bagi banyak orang karena rasa yang tidak enak dan aromanya menyengat. Supaya lebih mudah masuk ke tubuh kita, bawang putih bisa dikreasikan dengan buah-buahan yang enak, menjadi jus kaya manfaat.
Sumber :
Tabloid Gaya Hidup Sehat


Diakses oleh IHC di :
http://health.kompas.com/read/2011/06/06/13492274/Minuman.Penurun.Kolesterol

Ancaman buat Penggemar Daging Merah

shutterstock
Ilustrasi

KOMPAS.com — Sebagai salah satu bagian penting dalam saluran pencernaan, usus berpotensi terserang penyakit kanker akibat makanan yang dikonsumsi setiap hari. Salah satu jenis makanan yang dapat meningkatkan risiko kanker pada usus adalah daging merah dan daging olahan (processed meat).

Berbagai riset sebelumnya menyebutkan, konsumsi daging merah dan daging olahan seperti sosis menimbulkan risiko buruk bagi kesehatan. Mereka yang gemar menyantap daging merah terbukti memiliki risiko kematian lebih besar akibat mengidap penyakit kanker atau gangguan jantung.

Studi di Amerika Serikat menemukan bukti baru yang memperkuat teori tersebut. Menurut laporan terbaru American Institute for Cancer Research (AICR) dan World Cancer Research Fund, mereka yang doyan menyantap daging merah lebih mungkin terkena kanker usus besar.

Hasil riset AICR menyatakan, orang yang mengonsumsi sekitar 100 gram daging merah, seperti daging sapi, domba, atau babi, setiap hari memiliki 17 persen peningkatan risiko terkena kanker usus besar dibanding yang tidak makan daging merah. Sementara orang yang makan sampai 200 gram daging merah per hari memiliki risiko 34 persen lebih tinggi.

Sementara itu, orang yang makan sedikitnya 100 gram daging olahan setiap hari memiliki peluang 36 persen lebih besar terkena kanker usus besar dibandingkan dengan mereka yang tidak. Yang termasuk daging olahan di sini adalah ham, babi, dan sosis, yang dikaitkan memiliki bahaya terbesar bagi kesehatan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa mengurangi konsumsi daging merah dan daging olahan dapat memangkas risiko kanker usus besar. Selain itu, dengan mengubah pola gaya hidup, seperti mengurangi minum alkohol, konsumsi serat, berolahraga secara teratur, dan menjaga berat badan, sekitar 45 persen dari kanker usus besar—atau lebih dari 64.000 kasus per tahun—bisa dicegah.

Kenapa daging merah ?
Penelitian sejauh ini belum dapat menjelaskan bagaimana pastinya mekanisme daging merah atau daging olahan meningkatkan risiko kanker usus. Tetapi, menurut para ahli, ada sejumlah teori yang dapat dijadikan petunjuk.

Beberapa riset mengindikasikan bahwa senyawa kimia yang disebut heterocyclicamines, yang dihasilkan ketika daging dimasak dalam temperatur tinggi, dapat memainkan peran. Selain itu, daging olahan biasanya dibuat dengan beragam cara, mulai dari diasap, dikari, diasinkan, atau dengan ditambahkan zat pengawet seperti nitrat.

Nah, bila daging olahan mengandung nitrat masuk ke dalam tubuh, zat ini kemudian akan diubah menjadi nitrosamin, yang dikenal sebagai salah satu pemicu kanker.

"Sepertinya dan mungkin saja daging olahan memiliki sejumlah kaitan dengan risiko kanker usus besar," kata Steven H Zeisel, MD, PhD, pakar nutrisi dari University of North Carolina, Chapel Hill.

Zeisel pun memiliki saran bagi mereka yang ingin menghindari kanker usus. "Mengatur asupan daging merah, mencoba menguranginya, mencari penggantinya dengan jenis daging yang lain, atau menyantap sayuran akan menjadi pilihan yang baik," ujarnya.

Mereka yang ingin terhindar dari kanker usus juga disarankan untuk menjauhi minuman beralkohol, menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga, dan lebih banyak mengonsumsi makanan mengandung serat.
 
Sumber :
 
diakses oleh IHC di : 
http://health.kompas.com/read/2011/05/31/10514277/Ancaman.buat.Penggemar.Daging.Merah

Menkes : Cegah Infeksi E.coli dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Kompas.com/Kristianto Purnomo
Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih

JAKARTA, KOMPAS.com - Wabah bakteri E.coli yang saat ini menimpa Eropa khususnya Jerman tidak dapat dianggap sebagai masalah yang sepele. Walaupun sampai saat ini kasusnya belum ditemukan di tanah air, namun upaya pencegahan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) diharapkan bisa mengurangi dampak risiko seseorang dari penyakit tersebut.

"Masyarakat harus tetap waspada. Waspada dalam artian, menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih sehat). "Artinya apa? cuci tangan sebelum makan, kemudian setelah dari wc (buang air besar) cuci tangan pakai sabun," kata Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, di Gedung Kementrian Kesehatan, Senin, (6/6/2011) kemarin.

Menurut Endang, wabah E.coli yang saat ini sedang terjadi di Eropa kemungkinan besar disebabkan karena kebiasaan mengonsumsi sayuran mentah yang tidak dicuci. "Kita menganjurkan, kalau bisa dimasak matang. Kalau tidak mau, paling tidak di cuci dulu," imbuhnya.

Menkes mengatakan, sejauh ini sayur-sayuran di Indonesia masih aman untuk di konsumsi. Meskipun dirinya tidak mengetahui betul apakah Indonesia termasuk salah satu negara yang mengimpor sayuran dari Eropa. "Itu harus ditanyakan ke Kementerian Pertanian," terangnya.

Menkes menambahkan, bahwa pada dasarnya infeksi yang disebabkan setiap jenis E.coli memiliki kesamaan sehingga masyarakat tidak perlu panik.

"Wabah E.coli yang sedang heboh di Eropa karena strainnya baru. Strain tersebut, tahan atau resisten terhadap antibiotik," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama mengatakan, sebagai langkah antisipasi dan pencegahan, pihaknya telah membuat edaran di tempat-tempat tertentu seperti misalnya bandara.

"Bandara itu hanya anjuran bahwa untuk mereka yang datang dari Jerman terutama sakit perut di bandara apalagi ada diare dan berdarah, maka orangnya harus diamati. Bentuk edarannya adalah seperti itu," cetusnya.

Sebagaimana telah diwartakan sebelumnya, Tjandra mengungkapkan, masa inkubasi penyakit bisa berkisar antara tiga sampai delapan hari, rata-rata empat hari di mana sebagian besar pasien dapat sembuh dalam 10 hari. Tetapi pada keadaan khusus yang kini juga terjadi pada sebagian kasus di Eropa, penyakit dapat berlanjut menjadi gawat dan berat, yang disebut dengan haemolytic uraemic syndrome (HUS). HUS ditandai dengan kegalalan ginjal akut, anemia dan kekurangan trombosit dan juga gangguan neurologis sampai stroke dan koma.

Sumber :
http://health.kompas.com/read/2011/06/07/08492475/Menkes.Cegah.Infeksi.E.coli.dengan.PHBS