Jumat, 20 Januari 2012

Hindari Minum Banyak Saat Makan

Anda memiliki kebiasaan banyak minum ketika sedang makan? Sepertinya Anda harus segera mengubah kebiasaan tersebut. Sebab, meneguk air ketika makan ternyata dapat menghambat pencernaan di lambung.
 
Konselor mikrobiotik dari India, Shonali Sabherwal, mengatakan, ketika makan bukanlah waktu yang tepat untuk memuaskan rasa dahaga. “Orang-orang tidak tahu betapa minum air saat makan cukup mempersulit pencernaan mereka,” ujar Sabherwal seperti dikutip Times of India.
Penelitian menunjukkan bahwa minum sedikit air selama makan tidak menjadi perhatian. Namun, minum segelas atau dua gelas dapat mengganggu pencernaan. Para peneliti menemukan bahwa yang terbaik adalah minum air sebelum makan dan dua jam sesudahnya. Hal ini membantu dalam penyerapan nutrisi.
Sabherwal mengatakan bahwa minum air ketika makan dapat mengencerkan konsentrasi asam lambung (HCl). Untuk mencerna makanan, tubuh memerlukan HCl dengan konsentrasi tertentu. Namun, kerena minum banyak air, konsentrasi HCl berkurang. Akibatnya, hanya sedikit makanan yang bisa dicerna oleh tubuh. Hal ini, jika dibiarkan terus bisa menimbulkan berbagai penyakit.
Asam lambung, selain membantu pencernaan juga berfungsi sebagai anti bakteri. Jika lambung sudah tidak bekerja optimal, akan dapat mempengaruhi kerja organ pencernaan lainnya menjadi lebih berat sehingga menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme tubuh.
Agar tak merasa haus ketika makan, Sabherwal menghimbau agar tak terlalu banyak makan makanan yang asin.  “Pastikan makanan Anda tidak terlalu asin karena  akan semakin membuat  haus,” kata dia. Agar pencernaan tetap berjalan baik meskipun tanpa dibantu oleh air, ia menyarankan agar mengunyah pelan-pelan. Saat mengunyah, mulut mengeluarkan enzim yang membantu pencernaan makanan sehingga tugas lambung dalam mencerna makanan menjadi lebih ringan.


sumber: 



Mau Sehat? Jadilah Orang Religius

Melakukan olahraga teratur dibarengi konsumsi makanan bergizi seimbang selama ini selalu didengung-dengungkan oleh para pakar kesehatan sebagai resep jitu dalam menjaga tubuh tetap sehat dan bugar. Tetapi alangkah baiknya jika Anda tidak melupakan unsur religius dalam menunjang kesehatan seperti berdoa atau pun bermeditasi.  

Berbagai studi ilmiah mengklaim, melakukan doa dan meditasi secara teratur dapat menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan dan memperpanjang usia hidup seseorang.
Di Amerika Serikat misalnya, praktik-praktik religius kini menjadi salah satu terapi alternatif yang paling banyak dilakukan. Studi di University of Rochester misalnya menemukan, lebih dari 85 persen orang yang menderita sakit memilih untuk berdoa. Prosentase ini jauh lebih tinggi dibandingkan yang memilih menjalani pengobatan herbal atau pengobatan medis lainnya. Hal ini semakin membuktikan bahwa doa sungguh-sungguh efektif dalam membantu penyembuhan.

Banyak orang percaya bahwa berdoa dapat membantu meringankan stres, yang merupakan salah satu faktor risiko utama untuk penyakit. Disamping juga ampuh untuk membuat pikiran tetap positif dan menjadi orang kuat dalam menjalani setiap permasalahan hidup.

Dr Herbert Benson, seorang spesialis jantung dari Harvard Medical School dan seorang pionir dalam bidang pengobatan pikiran/ tubuh mengatakan bahwa respon relaksasi akan terjadi ketika seseorang berdoa atau meditasi. Pada saat itu, metabolisme tubuh akan menurun, denyut jantung melambat, tekanan darah turun, dan napas menjadi lebih tenang dan lebih teratur.
Dalam risetnya Herbert Benson menemukan bahwa melakukan praktik spiritual dalam jangka panjang dan setiap hari membantu menonaktifkan gen yang memicu percepatan kematian sel dan peradangan.Menurut Benson, pikiran dapat mempengaruhi ekspresi gen seseorang. Dan ini adalah bukti menarik bagaimana doa dapat mempengaruhi fungsi tubuh pada tingkat yang paling dasar.
Sementara itu, Dr Andrew Newberg, direktur Center for Spirituality and Mind University of Pennsylvania telah melakukan penelitian terhadap para Buddha Tibet saat melakukan meditasi dan Biarawati Fransiskan ketika berdoa. Hasil memperlihatkan bahwa terjadi penurunan aktivitas pada bagian otak yang berkaitan dengan kesadaran dan orientasi spasial. Peneliti juga menemukan bahwa doa dan meditasi dapat meningkatkan kadar dopamin, yang berhubungan dengan peningkatan rasa sukacita.

Sebuah riset National Institutes of Health menemukan bahwa orang yang berdoa setiap hari terbukti memiliki risiko lebih rendah terkena hipertensi (40 persen) ketimbang mereka yang berdoa secara tidak teratur. Bahkan, penelitian di Dartmouth Medical School menemukan bahwa pasien dengan keyakinan agama yang kuat di mana harus menjalani operasi jantung, tiga kali lebih mungkin untuk cepat pulih ketimbang mereka yang kurang religius. 

Studi lain juga menunjukkan bahwa doa meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu untuk mengurangi keparahan dan frekuensi dari berbagai penyakit.

Sumber :