Kamis, 10 Februari 2011

Menuju Negara Kesatuan Maritim


Jika kita perhatikan atlas dunia tampak bahwa kondisi geografis Indonesia sangat unik. Tak satu negara pun menyerupai Indonesia. Dengan hamparan 17.000 pulau lebih dan luas lautan yang sekitar dua kali lipat luas daratan, Indonesia merupakan negara yang paling kaya keanekaragaman kekayaan alam, sosial, budaya, suku, adat istiadat, dan sebagainya.

Lebih tampak lagi kalau kita keluarkan gugusan Nusantara sebagaimana terlihat pada peta di bawahnya.
Dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dan memiliki tiga zona waktu namun, menyatu di dalam naungan negara kesatuan Republik Indonesia, sungguh kita merupakan negara besar dalam banyak hal.
Penduduk Indonesia terbanyak keempat di dunia. Pemeluk agama Islam terbesar di dunia dan tergolong moderat.  Kita merupakan negara demokrasi ketiga terbesar  dunia.

Namun, secara ekonomi kita masih tersegmentasi. Hal ini terlihat dari disparitas harga antardaerah dan antarpulau yang relatif besar. Hasil produksi suatu daerah atau pulau sulit dikirim ke daerah atau pulau lainnya. Keunggulan komparatif daerah tak bisa terwujud. Harga durian, misalnya, sangat murah di daerah produsen tapi sangat mahal di Jakara. Ongkos angkut yang mahal dan fasilitas kontainer khusus yang minim membuat durian Bangkok lebih merajai di pasar Jakarta. Penduduk di luar Jawa sangat jarang menjumpai salak Pondoh. Mereka lebih akrab dengan buah-bahuran abg bertan impor.

Daerah-daerah di perbatasan lebih mengenal produk-produk negara tetangga ketimbang hasil bangsanya sendiri.
Itu semua terjadi karena selama ini kita gagal mensinergikan potensi-potensi yang ad,a yang bertaburan di sepanjang gugusan pulau-palau dan hamparan lautan biru.

Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/11/09/menuju-negara-kesatuan-maritim/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar